Jakarta, CNN Indonesia --
PT BNI Persero Tbk buka-bukaan soal hasil kalkulasi mereka atas akibat ekonomi nan ditimbulkan oleh kebijakan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa membongkar tabungan negara Rp200 triliun di BI dan menggelontorkannya ke sejumlah bank negara.
Chief Economist BNI Leo Putera Rinaldy mengatakan berasas kalkulasi timnya, kebijakan itu bisa memberikan akibat berganda bagi ekonomi Indonesia sampai dengan 1,58 kali lipat.
Tapi, pengaruh sebesar 1,58 kali lipat itu hanya berasas biaya nan ditempatkan Purbaya di BNI saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami coba hitung berapa besar multiplier penempatan SAL nan disalurkan Kementerian Keuangan ke kredit dan ekonomi berdasar yang diterima BNI sendiri. Perhitungan kami multiplier impact-nya ke ekonomi 1,58 kali," katanya saat obrolan media berjudul "BNI Economic Perspective: Navigating Shifts, Building Resilience", di Jakarta, Jumat (24/10).
Purbaya memang menggelontorkan tabungan negara Rp200 triliun nan selama ini mengendap di BI ke sejumlah bank negara.
Mengutip keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 276 Tahun 2025 tentang Penempatan Uang Negara dalam Rangka Pengelolaan Kelebihan dan Kekurangan Kas untuk Mendukung Pelaksanaan Program Pemerintah dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonom, celengan negara Rp200 triliun itu ditempatkan di 5 bank negara.
Rinciannya;
1. BRI dapat Rp55 triliun
2. BNI dapat Rp55 triliun
3. Bank Mandiri dapat Rp55 triliun
4. BTN dapat Rp25 triliun
5. BSI dapat Rp10 triliun
Leo mengatakan berasas info nan dimilikinya, biaya Rp200 triliun itu sudah tersalur sampai dengan 60 persen alias sekitar Rp112 triliun-Rp114 triliun.
Meski baru 60 persen, penyaluran itu telah memberikan akibat ke pasokan uang.
Data Bank Indonesia menunjukkan duit beredar dalam makna luas (M2) naik menjadi Rp9.771,3 triliun alias tumbuh sebesar 8 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada September 2025.
Laju pertumbuhan lebih tinggi dari capaian pada Agustus 2025, ialah sebesar 7,6 persen (yoy).
Namun dia menilai peningkatan pasokan duit itu saja belum cukup.
"Akslerasinya dari fiskal spendingnya juga kudu cepat,"katanya.
Selain soal pengaruh dari kebijakan penempatan tabungan negara di sejumlah bank negara, dalam kesempatan sama, Leo juga berbincang soal langkah agar ekonomi Indonesia bisa tumbuh tinggi dan merata.
Menurutnya, untuk bisa tumbuh tinggi dan merata, pemerintah kudu menggenjot investasi. Pemerintah katanya, saat ini memang tidak boleh mengabaikan komponen konsumsi domestik.
[Gambas:Video CNN]
Hal itu perlu dilakukan lantaran saat ini konsumsi masyarakat menyumbang 54 persen ke kue ekonomi Indonesia.
"Sekarang kita konsentrasi ke konsumsi untuk memastikan momentum pertumbuhan ekonomi tetap solid lantaran peran konsumsi ini 54 persen tidak apa-apa, tapi ke depan jika pemerintah mau lebih tinggi, investasi kudu dipush karena investasi ini nan mempunyai mulitiplier effect besar," katanya.
Investasi nan didorong pun katanya, perlu diarahkan kepada nan pengaruh pembuatan lapangan kerjanya tinggi.
"Untuk ini, mau tidak mau pemerintah kudu melakukan reformasi struktural, perizinan upaya kudu diperbaiki, prasarana kudu diperbaiki, sumber daya manusia diperbaiki," katanya.
(agt/sfr)
4 jam yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·