Jakarta, CNN Indonesia --
Istilah redenominasi menjadi perhatian publik setelah Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa dan Bank Indonesia (BI) nan mempertimbangkan kembali kemungkinan rencana penerapannya pada mata duit rupiah.
Namun, tetap banyak masyarakat nan belum betul-betul memahami apa itu redenominasi dan contohnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi sebagian masyarakat, istilah redenominasi kerap disalahartikan sebagai "pemotongan nilai uang" alias devaluasi. Padahal, keduanya merupakan perihal nan berbeda. Untuk memahaminya, simak penjelasan berikut ini.
Apa itu redenominasi?
Melansir penjelasan dalam berkas DPR RI, rumor redenominasi rupiah pertama kali muncul di Indonesia pada akhir 2010 ketika Bank Indonesia (BI) mewacanakan penyederhanaan nilai mata duit nasional.
Gagasan ini sebenarnya sudah dibahas sejak awal 2010-an sebagai bagian dari reformasi sistem finansial nasional, dan sekarang kembali relevan di tengah dorongan efisiensi ekonomi serta perkembangan transaksi digital.
Secara sederhana, redenominasi adalah pengurangan nomor nol pada duit tanpa mengubah nilai alias daya belinya nan diikuti penyederhanaan penulisan perangkat pembayaran alias uang.
Misalnya, Rp1.000 menjadi Rp1, tetapi nilainya tetap sama. Artinya, peralatan nan dulu dibeli Rp1.000 tetap bisa dibeli dengan Rp1 setelah redenominasi.
Meski sering disalahartikan sebagai pemotongan nilai duit (sanering), keduanya adalah kebijakan nan berbeda. Redenominasi hanya menyederhanakan tampilan nomor agar sistem pembayaran dan transaksi menjadi lebih praktis, sementara nilai ekonomi tetap sama.
Hal ini ditegaskan pula oleh Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi. Ia mengatakan redenominasi hanya mengubah nomor nan tercetak di duit kertas, label harga, sistem akuntansi, dan papan pajak.
Redenominasi tidak mengubah daya beli, pendapatan riil, serta tidak menciptakan lapangan kerja dan tidak memperkuat struktur industri.
"Redenominasi hanya menukar tampilan, bukan substansi," katanya kepada CNNIndonesia.com, Senin (10/11).
Syafruddin menambahkan, redenominasi kerap digaungkan untuk mempermudah pencatatan, efisiensi pembukuan, dan persepsi stabilitas.
Faktor pendorong redenominasi
Melansir penjelasan dalam kitab Sejarah Uang: Dari Barter ke Rupiah karya MiftaChun Nur, kebijakan redenominasi rupiah muncul dari kebutuhan untuk menciptakan sistem finansial nan lebih efisien dan stabil.
Ada beberapa aspek utama nan mendorong langkah ini, di antaranya:
- Penyederhanaan transaksi: Angka nol dikurangi agar sistem pembayaran, akuntansi, dan transaksi sehari-hari menjadi lebih mudah dan efisien.
- Perbaikan gambaran rupiah: Melalui redenominasi, pemerintah berambisi dapat memperkuat kepercayaan terhadap stabilitas ekonomi Indonesia sekaligus menunjukkan tanda pemulihan nan lebih solid.
- Meningkatkan daya saing ekonomi: Nilai tukar nan lebih sederhana dan mudah dibandingkan bakal memberi kesan mata duit nan kuat dan stabil di mata dunia.
- Menjaga stabilitas makroekonomi: Dengan sistem nilai nan lebih ringkas, pengawasan terhadap arus duit dan kebijakan fiskal menjadi lebih mudah, terukur, dan transparan.
Contoh redenominasi
Redenominasi bukan perihal baru di dunia. Sejumlah negara telah sukses melakukannya dengan tujuan menyederhanakan sistem keuangan.
Salah satu contoh paling dikenal adalah Turki, nan pada tahun 2005 menghapus enam nomor nol dari mata uangnya. Nilai satu juta lira diubah menjadi satu lira baru, sebagai bagian dari upaya menstabilkan ekonomi setelah mengalami inflasi tinggi sejak dasawarsa 1970-an.
Selain Turki, beberapa negara lain juga menjalankan kebijakan serupa. Islandia menghapus dua nomor nol pada tahun 1981, sementara Rusia melakukan redenominasi sebanyak tiga kali-pada 1947, 1961, dan 1998-masing-masing dengan mengurangi tiga nomor nol.
Sebagai info tambahan, meski membawa faedah besar, redenominasi juga mempunyai sejumlah tantangan nan perlu diantisipasi. Salah satunya adalah akibat ekonomi berupa pembulatan nilai ke atas nan berpotensi mendorong inflasi.
Contoh sederhananya, peralatan seharga Rp3.500 setelah redenominasi menjadi Rp3,5 tetapi bisa saja dibulatkan menjadi Rp4 alias mungkin Rp5 dengan argumen pembulatan alias kepraktisan. Jika terjadi secara luas, kondisi ini dapat memicu lonjakan nilai nan signifikan.
Demikian ulasan komplit mengenai apa itu redenominasi dan contohnya.
(han/fef)
[Gambas:Video CNN]
4 hari yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·