Makassar, CNN Indonesia --
Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla (JK) marah saat meninjau langsung lahan miliknya seluas 16,4 hektare di Jalan Metro Tanjung, Kecamatan Tamalate, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) nan sekarang menjadi objek sengketa dan diduga telah diambilalih.
JK menyatakan kepemilikan sah atas tanah tersebut dan menuding adanya upaya perampokan serta permainan mafia tanah nan melibatkan pihak lain.
"Saya mau lihat, saya punya tanah. Itu kesimpulannya," ujar JK kepada wartawan di lokasi, Rabu (5/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
JK terlihat marah dan menegaskan mempunyai bukti legalitas nan kuat dan lahan tersebut dibeli langsung dari mahir waris raja Gowa sekitar 35 tahun lalu.
"Sudah sertifikat ada, jual belinya 35 tahun lalu, saya sendiri nan beli," kata mantan Ketua Umum Golkar tersebut.
JK membantah mempunyai hubungan norma dengan pihak PT Gowa Makassar Tourism Development (GMTD) mengenai sengketa ini. Menurutnya, pihak nan dituntut oleh GMTD adalah sosok nan dia ragukan kapasitasnya.
"Karena nan dituntut itu siapa namanya? Majo 'Balang? Itu penjual ikan kan. Masa penjual ikan punya tanah seluas ini? Jadi itu kebohongan, rekayasa, macam-macam," katanya.
Bahkan, JK secara terbuka menuding adanya kombinasi tangan mafia tanah di kembali sengketa ini.
"Iya, itu (yang dibeli GMTD) memang dulu dari Haji Najmiah. Haji Najmiah 'kan mafia tanah di sini dulu," ungkapnya.
JK menyebut upaya pengambilalihan lahan ini sebagai corak perampokan.
"Karena kita punya, ada suratnya, ada sertifikatnya. Tiba-tiba dia mengaku. Itu perampokan namanya, 'kan," jelasnya.
Menanggapi perintah eksekusi dari pengadilan, JK dengan keras mengkritik proses tersebut. Ia menyatakan bahwa prosedur wajib, ialah pencocokan dan pengukuran di letak (constatering) namun tidak dilaksanakan dengan benar.
"Itu eksekusi kudu didahului dengan namanya constatering. Pengukuran. Mana pengukurannya? Mana orang BPN-nya? Mana orang Camat-nya? Mana orang Lurah? Tidak ada semua," tegasnya.
JK menuding eksekusi itu sengaja dilakukan secara diam-diam. Namun, wakil presiden ke 10 dan 12 ini berjanji bakal melakukan perlawanan dengan langka-langkah norma dan menuntut keadilan.
"Mau sampai ke mana pun, kita siap untuk melawan. (Melawan) ketidakadilan, ketidakbenaran," pungkasnya.
(mir/dal)
[Gambas:Video CNN]
2 jam yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·