Jakarta, CNN Indonesia --
RI disebut punya banyak modal untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, ialah kekayaan alam dan talenta generasi muda Indonesia.
Hal itu diungkap Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, dalam Reuni dan Seminar Nasional Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (FAA PPMI) di Universitas Brawijaya, Malang.
"Kita punya modal nan baik dan luar biasa, ialah kekayaan alam dan talenta manusia untuk membawa satu proses nan inovatif dan imajinatif di masa ini," kata Nezar, dalam forum nan mengusung tema "Oase Gelap Terang Indonesia" tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, generasi muda Indonesia perlu disiapkan untuk menghadapi persaingan, salah satunya artificial intelligence alias kepintaran buatan.
"Kita kudu mempersiapkan generasi ke depan dengan pengetahuan nan cukup tentang teknologi ini. Adopsi teknologi kudu terukur," ujarnya.
Hal senada diungkap Rektor Universitas Brawiaya, Prof Widodo. Dia mengatakan perbaikan kualitas sumber daya manusia menjadi aspek kunci untuk mencapai sasaran Indonesia Emas 2045.
Menurutnya, hanya 13 persen masyarakat RI nan lulus dari perguruan tinggi. Animo masyarakat terhadap pendidikan tinggi juga sebenarnya besar, namun lulusan SMA nan melanjutkan studi baru sekitar 30 persen.
"Hambatan biaya dan pola pikir tetap menjadi aspek utama penyebabnya," kata Prof. Widodo, dalam rilisnya.
Dia pun menyarankan agar pemerintah kembali menata strategi dan alokasi anggaran, untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan industri secara strategis.
"Seluruh pemimpin bangsa mempunyai tanggung jawab historis untuk memastikan setiap potensi nan dimiliki Indonesia bisa menghasilkan kemakmuran nan berkepanjangan bagi seluruh rakyat," ujarnya.
Pakar Hukum Tata Negara, Bivitri Susanti, juga buka bunyi dari sisi penegakan norma dan demokrasi. Menurutnya kondisi RI sedang tidak baik-baik saja.
"Salah satu sisi gelap kondisi saat ini adalah kerakyatan sedang tidak baik-baik saja. Institusi kerakyatan prosedural sekarang digunakan untuk kepentingan ekonomi golongan tertentu," ujarnya.
Bivitri juga menyinggung penangkapan ratusan aktivis lantaran menyampaikan aspirasi masyarakat.
Namun dia mengatakan ini bukan berfaedah RI tak punya kesempatan. Apalagi saat ini terus bermunculan aktivitas masyarakat sipil dan anak muda kritis nan mencoba melawan "kegelapan" tersebut.
"Gerakan masyarakat sipil, termasuk pers mahasiswa, menjadi oase di tengah kegelapan dan kekeringan kerakyatan di Tanah Air," ujarnya.
Sementara itu aktivis sosial Inayah Wahid juga mengaku pesimistis dengan Indonesia Emas 2045 dengan persoalan dari segala lini mulai dari penegakan hukum, kerusakan lingkungan, hingga maraknya korupsi.
Dia mendorong masyarakat sipil untuk konsisten "menyalakan lilin" di tengah kegelapan dengan langkah solidaritas dan menjaga nilai-nilai demokrasi.
"Saya tahu itu tidak mudah, pasti capek. Kalau capek, rehat tapi jangan berhenti. Saat ini mungkin tetap kecil, tapi kelak bakal membesar selama kita tidak menyerah," kata Inayah.
FAA PPMI adalah wadah para alumni pers mahasiswa seluruh Indonesia nan berdiri sejak 24 Januari 2015 di Jakarta.
FAA PPMI beranggotakan ribuan alumni pers mahasiswa nan pernah aktif di Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) dari beragam kampus di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Ribuan alumni tersebut berkarya di beragam sektor. Mulai dari akademik, media, politik, bisnis, seni, hingga pendidikan.
Sehingga FAA PPMI menjadi ruang konsolidasi gagasan, semangat, dan jejaring antar mantan aktivis pers mahasiswa nan terus menjaga komitmennya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
(tim)
16 jam yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·