slot gacor hari ini gampang menang manut88 slot dana manut88 link manut88 manut88 login manut88 manut88 link manut88 slot server thailand manut88 manut88 manut88 manut88 link alternatif manut88 manut88 manut88 manut88 manut88 manut88 manut88 manut88 login manut88 login GampangJP

Butet Ke Sultan Hb X: Kita Panen Keracunan Mbg Dan Menjadi Hal Biasa

Sedang Trending 3 jam yang lalu

Yogyakarta, CNN Indonesia --

Seniman sekaligus budayawan, Butet Kertaredjasa menyampaikan keresahannya perihal maraknya kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) kepada Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Butet menyampaikan perihal tersebut dalam aktivitas Forum Sambung Rasa Kebangsaan di Gedung Sasono Hinggil Dwi Abad, Keraton Yogyakarta, Minggu (26/10).

Forum ini turut dihadiri eks Menko Polkam Mahfud MD, mantan Wakapolri Ahmad Dofiri, Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Basuki Hadimuljono, hingga Rosiana Silalahi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Butet menyebut kasus siswa sekolah mengalami keracunan makanan secara massal tidak pernah terjadi sebelum program MBG.

"Hari ini, kita panen orang keracunan lantaran MBG dan itu seakan-akan menjadi perihal nan biasa," kata Butet.

Butet berambisi kejadian keracunan MBG tak lantas dinormalisasi. Menurutnya, sudah sepantasnya program ambisius Presiden Prabowo Subianto itu dikritik.

"Satu siswa keracunan itu jumlahnya terlalu banyak. Kita tidak bisa menganggap ribuan orang keracunan sebagai suatu perihal nan biasa," ujarnya.

Selain MBG, Butet juga menyatakan keprihatinnya soal hilangnya etika dan tata krama di negara ini. Dia mencontohkan seorang mantan pejabat negara nan terang-terangan menyatakan dirinya menjilat untuk bisa bersaing.

Dia juga mempertanyakan Komite Reformasi Polri nan menurutnya hanya corak umbar janji penguasa.

"Pemimpin boleh berjanji, tapi sekaligus boleh mengingkari. Sedih, iki model apa. Saya membayangkan pemimpin itu adalah pembimbing nan wajib digugu (dipatuhi) dan ditiru, diteladani. Lah kok sekarang saya seperti kesulitan mendapatkan pemimpin nan layak saya teladani untuk menjadi Indonesia damai," ucapnya.

Sambil mengutip pesan dari KH. Ahmad Dahlan, Butet membujuk untuk mengkritisi hal-hal nan dia utarakan ini.

"Biasakan nan benar, bukan membenarkan nan biasa. Hari ini, apa nan kita lihat nan seakan-akan menjadi biasa itu kudu kita kritisi. Itu tidak biasa," ujar Butet.

"Etika hari ini memang sedang ambyar," tutupnya.

Di wilayah DIY sendiri, kasus dugaan keracunan akibat MBG telah terjadi beberapa kali. Salah satu nan paling besar menimpa sejumlah siswa SMAN 1 Yogyakarta dan SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta pada pertengahan Oktober 2025. Total korban mencapai 491 orang.

Kasus terbaru pada 24 Oktober kemarin menimpa sekitar 215 siswa dari tiga sekolah di Kabupaten Sleman. Murid-murid nan menjadi korban berasal dari MAN 7 Sleman, SMPN 2 Mlati, SD Jombor Lor.

Tujuh orang pembimbing dari SMPN 2 Mlati juga dilaporkan mengalami indikasi keracunan usai mengonsumsi MBG nan tidak dimakan oleh para siswa.

Sementara itu Sultan juga pernah beranggapan Badan Gizi Nasional (BGN) nan menurunkan sasaran produksi menjadi porsi 2 ribu MBG per hari untuk satu unit Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) tetap perlu diperkecil lagi.

Pengurangan porsi oleh BGN sebagaimana diketahui sebagai salah satu langkah pertimbangan merespons maraknya kasus keracunan MBG.

Sultan sejatinya tak mempermasalahkan ketika kapabilitas produksi satu unit SPPG mencapai 3 ribu porsi, asalkan pengerjaannya bisa dibagi ke beberapa sub dapur MBG.

Semisal, jatah dua ribu porsi MBG dibagi ke 10 unit sub unit SPPG, sehingga tidak terlalu membebenani alias menyantap waktu dalam pengolahan dan bisa dikonsumsi tanpa melampaui pemisah daya tahan makanan.

Ini juga demi mengantisipasi penurunan kualitas pangan, lantaran bahan-bahan makanan disimpan tak terlalu lama dan diolah dalam keadaan tetap segar.

"Lah jika masaknya sampai dua ribu hanya satu kelompok, nan namanya (potensi) keracunan bakal selalu terjadi," ujar Sultan di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, DIY, Kamis (23/10).

Pesan ini Sultan sampaikan memandang kemungkinan para penjamah makanan di setiap dapur SPPG belum tentu berlatar belakang pekerja jasa boga profesional, melainkan hanya tukang masak rumahan alias keluarga.

Lagipula, menurut Sultan, persoalan keracunan pangan nan belakangan kerap terjadi disinyalir hanya menyangkut pola masak. Tidak perlu menurunkan ahli, hanya perlu memahami soal daya tahan makanan.

"Masalahnya saya bisa masak, sering masak di rumah. Nek saiki sing pejabat e ora tau masak, ora tau ning dapur, ora ngerti dapur, suruh ngurusi yo ora ngerti (kalau sekarang pejabatnya nggak pernah masak, nggak pernah ke dapur, diminta mengurus ya nggak paham)," pungkas Sultan.

(fra/kum/fra)

[Gambas:Video CNN]

Berita Hari Ini

Berita Terbaru

Berita Indonesia

Cerita Horor

Pesona indonesia

Kabar Tempo

Liputan berita

Berita Indonesia Terbaru